Kaget saat melihat di tayangan televisi, begitu dasyatnya kerusakan yang dimunculkan oleh letusan gunung Merapi di Jateng DIY. Dan sedih saat ada korban jiwa yang bergelimpangan. Sebenarnya peristiwa alam itu tidak menjadi bencana kalau tdk ada korban. Kita hidup hanya seper sekian waktu dibanding usia alam yang kita huni, sehingga peristiwa alam bisa saja peristiwa siklus yang bisa saja kita tdk mengetahuinya.
Mbah Maridjan sang Juru Kunci, yang selalu memegang teguh amanah dari pemberi tugas (HBIX), dengan caranya berusaha komunikasi dengan alam. Bagi orang modern dan terpelajar, bisa saja tingkah laku dan sikap mbah Maridjan sangat aneh dan tdk masuk akal. Akan tetapi justru apa yang dilakukan mbah Marijan adalah salah satu kearifan lokal yang sekarang sudah langka ada. Beliau marah jika asap panas itu disebut wedus gembel, tetapi memang harus diakui dan diperlakukan sebagaimana mestinya dengan penuh hormat. Personifikasi alam dengan memperlakuklan alam seperti manusia, mempunyai rasa dan perasaan.
Kesetiaan akan tugas, profesi dan tanggungjawab. Nilai inilah yang bisa kita ambil hikmahnya dari mbah Marijan. Kesetiaan akan tugas sampai dia merelakan nyawanya dalam pelukan Merapi, dan dengan posisi sujud dan hormat, menyerahkan segalanya pada kekuasaan Ilahi, yang akhirnya itu menjadi jalan terbaik berdasarkan pilihan. Mbah Marijan tidak akan menyesal biarpun pilihannya membawa dia dalam kematian.
Rabu, 27 Oktober 2010
Langganan:
Postingan (Atom)